LAKUKAN SESUATU UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK


Cita-cita yang besar tidak akan terwujud hanya dalam satu menit, satu jam, satu hari, satu bulan atau bahkan satu tahun. Butuh waktu berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Perlu kesabaran, ketekunan, keistiqomahan dan memmenej segalanya sebaik mungkin. Yang kita hadapi hari ini sangat banyak. Yang harus kita selesaikan hari ini sangat banyak. Masalah yang kita hadapi hari ini sangat banyak. Orang disekitar kita juga perlu mendapat perhatian dengan porsi masing-masing dan tidak boleh luput dari pikiran kita. Kalau dipikir memang semuanya akan sangat menghalangi impian kita terwujud. Tapi memang itulah rintangan terbesar kita dalam mewujudkan mimpi kita. Sehingga yang menyerah cepat-cepat mengubur mimpinya, yang belum pernah bermimpi semakin takut untuk bermimpi, tetapi sang pemimpi tetap kokoh dalam proses meraih mimpi, dan tidak tergoyahkan oleh apapun. Dan suatu saat dia akan meraih mimpinya.


Cita-cita yang besar tidak akan terwujud hanya dalam satu menit, satu jam, satu hari, satu bulan atau bahkan satu tahun. Butuh waktu berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Perlu kesabaran, ketekunan, keistiqomahan dan memmenej segalanya sebaik mungkin. Yang kita hadapi hari ini sangat banyak. Yang harus kita selesaikan hari ini sangat banyak. Masalah yang kita hadapi hari ini sangat banyak. Orang disekitar kita juga perlu mendapat perhatian dengan porsi masing-masing dan tidak boleh luput dari pikiran kita. Kalau dipikir memang semuanya akan sangat menghalangi impian kita terwujud. Tapi memang itulah rintangan terbesar kita dalam mewujudkan mimpi kita. Sehingga yang menyerah cepat-cepat mengubur mimpinya, yang belum pernah bermimpi semakin takut untuk bermimpi, tetapi sang pemimpi tetap kokoh dalam proses meraih mimpi, dan tidak tergoyahkan oleh apapun. Dan suatu saat dia akan meraih mimpinya.

KORUPTOR SEMAKIN MILITAN


Ada yang menarik dalam acara sentilan-sentilun. Ketika itu bintang tamunya Dahlan Iskan yang merupakan menteri BUMN yang baru. Beliau terkenal dengan komitmen antikorupsinya. Pada acara tersebut slamet raharjo “nyeletuk”, “saat ini koruptornya kan makin militan”. Saya yang nonton lewat televisi tertawa saja, karena penonton di studio metro TV juga tertawa pada waktu itu. Saya tidak berpikir lebih, saya menganggap hal itu hanya guyonan biasa saja. Tak sadar ketika iklan, dipikiran saya terlintas lagi apa yang di celetukkan oleh slamet raharjo.  Tanpa sadar pikiranku berkelana keluar rumah. Pikiranku terasa menyaksikan televisi di beberapa channel. Terbayang dibenakku beberapa kasus korupsi, terbayang juga dibenakku beberapa orang saksi kasus korupsi, beberapa orang tersangka korupsi, dan beberapa orang diduga melakukan korupsi. Kalau dipikir-pikir iya ya, bahwa sekarang ini koruptor makin militan, itulah yang terlintas di benakku.

Iya ya, kataku dalam hati. Kalau diingat-ingat memang koruptor sekarang makin canggih, makin pinter. Pinter untuk nutupi dirinya melakukan korupsi alias sangat rapi. Makin variatif juga cara mereka melakukan korupsi. Ada yang memang korupsi dengan cara konvensional, misalnya bikin proyek yang banyak biar dapat fee yang banyak juga, ada juga yang berusaha bikin aturan baru, agar korupsi mereka bisa menjadi kelihatan legal. Ada juga sudah ketahuan korupsi tapi mencari-cari cara supaya tidak mendapat hukuman, ada juga uang hasil korupsi dibagi-bagikan misalnya untuk masjid, untuk shodaqoh dan lain-lain sehingga tidak terlhat kalau yang bersangkutan pelaku korupsi. Masih banyak yang terlintas dibenakku. Dan yang paling membuat berat kepalaku adalah jangan-jangan mereka melakukan kaderasasi alias mencari bibit-bibit baru yang bisa dijadikan koruptor masa depan. Aduh, kepalaku benar-benar pusing dibuat aliran pikiranku. Terbayang juga dibenakku, koruptor itu paling bisa kalua melakukan pencitraan, alias kelihatan baik didepan siapapun. Sehingga mereka banyak teman, disenangi oleh banyak orang. Takuuuuuut. Jangan-jangan sijujur nanti tidak punya teman. Kata koruptor tentang sijujur, “dia kaku, dia lugu, dia keras, urusin diri lo sendiri saja” sebenarnya sih black Campaign terhadap sijujur lah, tapi banyak yang terpengaruh. Wah gawat ya, kata pikiranku. Pantasan jaman sekarang ini, sijujur sedikit temannya, sedangkan koruptor temannya ya ada dimana-mana, itulah akhir pikiranku, mungkin alam bawah sadarku yang punya pikiran ini, sehingga tidak sadar terus bergerak.

Tiba-tiba aku tersentak, tapi apalah dayaku, kemudian hatiku menjadi kecut. Apa yang bisa kulakukan. Hakim bukan, polisi juga bukan, jaksa ya aku bukan jaksa. Aku bukan presiden, aku juga bukan menteri, gubernur juga bukan, bupati juga bukan. Menangis, kuyakin tidak akan merubah keadaan. Diam saja, tapi kubayangkan, aku punya anak, mungkin kelak punya cucu. Bagaimana kalau anakku kelak terinspirasi dari para koruptor, dan anak serta mungkin cucuku kemudian melakukan korupsi. Terbebaskah aku dari siksa kubur, masuk surgakah aku di akherat nanti. Wah, hatiku semakin berdebar membayangkan siksa neraka yang amat pedih. Akhirnya kuputuskan, apa yang harus kulakukan, aku akan berdoa, setiap saat berdoa, agar korupsi hilang dari negeriku. Kalaupun tidak hilang semoga anak dan cucuku tidak melakukan korupsi.


sedikit-sedikit salah, sedikit-sedikit salah, itu yang dirasakan oleh anak muda dalam hubungannya dengan generasi lebih tua. Setidaknya itu yang disampaikan oleh beberapa teman kepada saya dalam beberapa diskusi. Kalau generasi tua senang maka dia hanya menyampaikan pujian, untuk menyenangkan hati saja, coba kalau posisinya terancam, maka buru-buru akan mencari kambing hitam, dan lagi-lagi anak muda yang punya sasaran empuk. Tentu tidak semua generasi tua demikian, banyak juga yang masih peduli dengan gigihnya anak muda memperjuangkan kebenaran, walaupun jumlah mereka tidak banyak, tapi patut kita beri apresiasi. Karena genarasi tua untuk golongan yang saya sebut di awal tadi, lebih ekstrim lagi mereka menganggap generasi muda sebagai pesaing mereka, dan mereka siap-siap membentengi diri agar posisi mereka tetap aman.

Sebagai pribadi mungkin orang-orang Indonesia mengalami kemajuan, tetapi secara organisasi atau Indonesia sebagai Negara, bisa jadi Indonesia jalan ditempat. Mari kita bandingkan dengan Negara maju, teknologi mereka dari tahun ketahun semakin maju, mereka konsisten dalam mengembangkan sesuatu, tapi mari kita lihat Negara kita, dulu kita hampir bisa memproduksi pesawat-pesawat komersil, tapi sekarang bagaimana? Saya kira kalau pun bisa tidak semasif dulu, ini artinya kita mengalami kemunduran. Kenapa demikian? Negara maju melakukan kaderisasi secara massif, mereka melakukan pengembangan sumber daya manusia dari tahun-ketahun, bagaimana agar katakanlah teknolgi dimasa yang akan dating lebih baik dari masa sebelumnya. Sehingga teknologi mereka semakin hari semakin baik, karena generasi tua membina generasi muda secara baik.

Tetapi juga tidak sepenuhnya kesalahan generasi tua saja, kita perlu adil dalam menyikapi ini. Generasi muda juga harus mau berkomunikasi dengan generasi tua sehingga, transfer ilmu, teknologi, dan semua kebaikan yang dimiliki oleh generasi tua dapat bermanfaat bagi generasi muda tentunya akan diteruskan oleh generasi yang akan datang.

Terlepas dari kontroversi tentan sumpah pemuda, apakah eksistensinya menjadi sakral karena kepentingan politik, bagi saya yang terpenting adalah bagaimana momen ini kita jadikan spirit untuk melakukan perubahan untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.


Dengan cara haram saja sulit apalagi dengan cara halal, begitulah ungkapan beberapa orang ketika ditanya kenapa harus berputusasa dalam mengarugi kehidupan ini, tentu ini hubungannya dengan usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahasanya sederhana, dan mudah dicerna, sehingga ketika ada yang mengatakan kalimat itu kepada kita, maka akan sangat mudah membayangkan pekerjaan yang haram tapi penuh resiko untuk mengerjakannya, sehingga sepintas kita akan mengamini bahwa memang benar bahwa sangat sulit mendaptkan peluang usaha. Kalau kita tidak memfilter dan terus menerus bahasa ini yang ada di benak kita, maka ini menjadi sebuah keyakinan, dan apabila banyak orang yang meyakini ini maka bahasa ini akan menjadi sebuah paradigma. Mungkin bisa jadi ini sudah menjadi paradigma terutama ketika seseorang posisinya belum mapan, tidak punya institusi yang mapan.

Saya punya keyakinan hal ini sudah menjadi keyakinan banyak orang. Ini terbukti bahwa ketika seseorang mempunyai jabatan, apalagi jabatannya basah maka dia tidak akan menyia-nyiakan untuk melakukan penyelewengan-penyelewengan baik fasilitas, kekuasaan terutama keuangan alias melakukan korupsi. Karena, bisa jadi, mereka berpikir bahwa diluar sana sangat sulit untuk mencari uang, termasuk dengan cara halal tadi, sehingga mereka berusaha untuk memanfaatkan kedudukan yang sedang mereka nikmati. Itu makanya jangan heran, ketika seseorang belum mendapat jabatan yang layak mereka akan berkata, coba saya punya jabatan yang layak, maka saya akan peduli kepada semua stekholder, tapi ketika dia menjabat, maka seakan-akan dia tidak pernah melakukan itu. Begitu juga ketika dia tidak punya jabatan sangat bersih, tetapi ketika punya jabatan melakukan korupsi. Dan kecenderungan jabatan, adalah orang lupa untuk berhenti, dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan jabatannya.

Hal ini sangat berbahaya kalau dibiarkan. Karena siapa saja yang mempunyai jabatan yang sangat strategis dimasyarakat nantinya akan berpikiran bahwa diluarsana cara uang dengan cara haram saja sulit, maka disini ada peluang, walaupun haram tidak jadi masalah.

Saya tidak tahu, bahasa tersebut munculnya darimana, tapi sekalilagi, menurut saya, bahasa ini sangat bahaya kalau kita biarkan, maka perlu suatu usaha yang keras untuk mengikis paradigma ini. Karena saya punya keyakinan bahwa bekerja secara halal akan jauh dari resiko, baik didunia, terutama diakherat kelak. Mungkin dengan bekerja dengan hal, kita akan terlambat kaya, bahkan mungkin tetap dalam keadaan pas-pasan, atau bahkan mungkin sangat kekurangan itu jauh lebih baik.